Indonesian
All Stars adalah nama sebuah grup musik jazz asal Indonesia yang didirikan di
Jakarta pada tahun 1966. Meskipun grup musik ini hanya sempat merilis satu
album saja, namun perannya menjadi sangat penting karena telah menjadi salah
satu tonggak sejarah musik jazz modern di Indonesia.
Indonesian
All Stars terdiri dari musisi jazz Indonesia yang anggotanya terdiri dari Jack
Lesmana, Bubi Chen, Benny Mustapha, Maryono dan Jopie Chen. Mereka terbentuk
juga atas sumbang saran dari Mas Yos. yang kebetulan waktu itu adalah pemilik
perusahaan Irama Record, tempat dimana Jack Lesmana bekerja sebagai supervisi
musiknya. Kemudian Indonesian All Star mulai berlatih secara rutin dalam rangka
keberangkatan untuk ikut berpartisipasi pada Berlin Jazz Festival yang akan
diadakan setahun kemudian.
Pada
tahun 1967 bertemulah mereka dengan Tony Scott, seorang pemain klrinet asal
Amerika Serikat. Kebetulan Tony Scott sedang wara-wiri di seputar Asia dalam
rangka pembuatan album pertamanya yang berjudul Homage To Lord Krishna. Tony
adalah seorang pemain klarinet jazz yang cukup terkenal di Amerika Serikat pada
waktu itu, bahkan dia pernah bermain dengan Sarah Vaughan dan Billie Holiday.
Tony Scott juga pernah terpilih sebagai klarinetis terbaik versi majalah Down
Beat pada tahun 1955, 1957, 1958 dan 1959, karena gaya bermainnya dianggap
lebih modern dari Buddy DeFranco.
Kemudian
terjadilah pendekatan antara Indonesian All Stars dan Tony Scott selama kurang
lebih enam bulan. Tidak lama setelah itu, terjadilah kesepakatan untuk
berkolaborasi membuat album dan juga bermain secara langsung. Tony yang
tertarik dengan musik-musik oriental akhirnya dapat berkolaborasi dengan
pemain-pemain jazz Indonesia yang juga dapat mengerti pemikirannya. Maka
terjadilah ide untuk menyatukan bunyi-bunyian tradisional dan juga
mengaransemen ulang lagu-lagu tradisional tetapi dimainkan dengan gaya yang
sangat berbeda. Intinya album tersebut adalah kolaborasi pemain barat dan timur
yang juga mengawinkan musik barat dan timur tetapi dengan interpertasi secara
jazz.
Akhirnya
pada tahun 1967 berangkatlah mereka ke Berlin Jerman, untuk mengikuti festival
jazz dan sekaligus membuat rekaman di sana. Akhirnya terciptalah alabum Djanger
Bali yang direkam di Villingen, Black Forrest pada tanggal 27 dan 28 Oktober
1967, ditangani teknisi rekaman Rolf Donner di Saba Tonstudio. Dirilis oleh
MPS/Saba Record dan diproduseri oleh Joachim Ernest Berendt.
Album
Djanger Bali - 1967 (SABA Record).